Minggu, 12 November 2017

Sepenggal kisah di Salatiga

 Salatiga, kota kecil di antara Solo dan Semarang, menantiku di akhir minggu kedua November 2017.  
 Masih menjadi kota kecil yang sibuk, penuh pendatang dan petualang. Termasuk aku, perantau ke kota tetangga, yang kangen pada suatu titik di masa lalu, tak tergantikan. 
      Satu sudut kangen adalah sisa-sisa     
      bangunan lama yang masih bertahan
      di tengah geliat kota. Rumah ini salah satunya, ada di area ABC, beberapa meter di seberang hotel Laras Asri. Lihat relung lubang angin yang cantik dan jendela kayu bercat hijau dengan bayangan seseorang.. pasti banyak hal yang ingin diceritakannya...

 Sudut kangen kedua adalah hal kuliner. Makanan ini grontol jagung namanya. Dibuat dari jagung yang direndam semalaman lalu direbus dengan garam. Proses pembuatannya berbanding lurus dengan kelangkaan pembuat dan penjualnya. Di masa kecilku, makanan ini ada di dekat warung yang sering kukunjungi dekat rumah nenek. Penjualnya sudah berumur, berkebaya dan selalu sibuk dengan jualannya. Biasanya penjualnya akan menata dagangannya di atas tampah, lengkap dengan gendar, bakwan, pecel daun adas, grontol jagung, klepon, ketan dan lupis.
Bisa disimpulkan, kangen kuliner ini juga merupakan kangen suatu bentuk masa lalu.